Sunday, March 13, 2011

My Only Hope

Setiap orang tentu mempunya cita-cita atau harapan yang membuat mereka bersemangat dalam menjalani aktivitasnya. Cita- cita atau harapan tersebut menjadikan seseorang rela melakukan hal yang sama bersifat rutinitas tiap harinya tanpa jeda berarti. Penat yang kerap menghinggap pun ditepis segera, sirna kala mengingat capaian yang ingin mereka raih. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya tidak sedikit orang yang sebenarnya enggan dalam menjalani rutinitas tersebut. Namun, cita- cita maupun harapan dibalik itu telah menjadi dopping terbaik bagi tiap individu tersebut.

Cita- cita atau harapan ini bersifat multiple hope, artinya tiap orang dapat memiliki lebih dari satu cita- cita atau harapan.Dalam hal karir, dia bisa mempunyai cita- cita mempunyai karir cemerlang dengan gaji yang tinggi. Dalam kehidupan rumah tangga seseorang bisa mempunyai harapan mempunyai anak- anak yang pintar, berbakti, dan karir cemerlang. Dalam hal beragama, seseorang mempunyai harapan bisa naik haji dan sebagainya. Cita- cita ini sangat kompleks bukan, beranak pinak dalam sisi yang berbeda- beda.

Tidak jauh beda dengan manusia yang lainnya, aku sendiri mempunyai sederet cita- cita dan harapan. Deretan tersebut telah berganti berulang kali dalam kurun waktu 26 tahun terakhir ini. Skala prioritas menjadi barometer legalitas bertenggernya harapan baru tersebut. Segala prefeksionitas diri sudah tidak berlaku, apalagi ketika memasuki gerbang pernikahan ini….masa reses berkepanjangan yang akan jadi endingnya bila memaksakan prefeksionitas diri itu.

Ketika diri ini telah meleburkan ego, mencairkan prestise, memadatkan ambisi, membekukan emosi…toh masih ada juga pihak- pihak yang merasa tersakiti atau dirugikan kala “my hope” yang sejatinya “my only hope” karena satu hal tersebut yang perlu realisasi nyata dalam waktu dekat ini sedang diupayakan untuk diwujudkan. Jawabannya adalah karena tiap orang mempunyai cita- cita yang berbeda sesuai dengan kepentingannya masing- masing. Ketika tiap kepentingan tersebut tidak sama bahkan bertabrakan satu sama lain, tentu akan ada pihak- pihak yang merasa dirugikan, tersakiti, dan lain sebagainya mana kala kepentingan mereka tidak terwujud.

(to be continoed)

-Ian Puspita-

Diperbolehkan menyebarkan catatan ini kepada rekan- rekan yang lain dengan tetap mencantumkan nama penulis asli, Ian Puspita dan blog sumber http://dianpuspita.dagdigdug.com atau http://ianpuspita.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More